BENIH HIDUP harus bisa tumbuh dan berkembang ... !!

BENIH HIDUP harus bisa tumbuh dan berkembang ... !!
CINTA BUNDA merengkuh HATI ragil wadhon (TITIK) dan lanang (CIPUT)

Kamis, 08 November 2007

When I say I am a christian ...

When I say..."I am a Christian" I'm not shouting "I am saved" I'm whispering "I was lost" That is why I chose this way. When I say..."I am a Christian" I don't speak of this with pride. I'm confessing that I stumble and need someone to be my guide. When I say..."I am a Christian" I'm not trying to be strong. I'm professing that I'm weak and pray for strength to carry on.

When I say..."I am a Christian" I'm not bragging of success. I'm admitting I have failed and cannot ever pay the debt.
When I say..."I am a Christian" I'm not claiming to be perfect, My flaws are too visible but, God believes I'm worth it. When I say..."I am a Christian" I still feel the sting of pain. I have my share of heartaches which is why I speak His name. When I say..."I am a Christian" I do not wish to judge. I have no authority. I only know I'm loved.

Anak ( Kahlil Gibran )

ANAK-mu bukan milikmu.
Mereka putera-puteri Sang Hidup yang rindu pada diri sendiri.
Lewat engkau mereka lahir, namun tidak dari engkau.
Mereka ada padamu, tetapi bukan hakmu.

Berikan mereka kasih sayangmu,
tetapi jangan sodorkan bentuk pikiranmu,
sebab pada mereka ada alam pikiran tersendiri.
Patut kau berikan rumah untuk raganya,
tetapi tidak untuk jiwanya.
Sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan,
yang tiada dapat kaukunjungi, sekalipun dalam impian.

Kau boleh berusaha menyerupai mereka,
namun jangan membuat mereka menyerupaimu.
Sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur,
pun tidak tenggelam di masa lampau.
Kau busur, dan anak-anakmulah anak panah yang meluncur.
Sang Pemanah maha tahu sasaran bidikan keabadian,
Dia merentangmu dengan kekuasaanNya,
hingga anak panah itu melesat, jauh serta cepat.
Meliuklah dengan sukacita dalam rentangan tangan Sang Pemanah
Sebab Dia mengasihi anak panah yang melesat laksana kilat,
sebagaimana pula dikasihiNya busur yang mantap.
( Kahlil Gibran, SANG NABI, 1988